PRIHATIN

Ya, kata ini sepertinya tidak nyaman dibaca tapi mengandung begitu banyak makna. Prihatin menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti :  bersedih hati, waswas, bimbang (karena usahanya gagal, mendapat kesulitan, mengingat akan nasibnya, dan sebagainya). Selain itu, prihatin bisa berarti menahan diri.

Bentuk prihatin bermacam ragam, bisa dalam bentuk kedukaan yang mendalam, atau ketertekanan fikiran (stress, depresi, frustasi) atau tenggelam dalam jerat kemiskinan dan kebangkrutan. Atau bisa jadi, bentuk lain dari pihatin adalah suatu kondisi yang "kosong", dimana seseorang tidak lagi memikirkan apapun disekitarnya, menahan diri dari apapun dan hanya memusatkan fikiran nya pada suatu hal yang sangat agung sifat nya (berdoa, bertapa, bermeditasi, berpuasa,). Maka menurut saya, prihatin bisa karena kondisi yang memaksa seseorang menjadi prihatin, atau memang sengaja menjalani kondisi prihatin dengan maksud tertentu.

Biasanya, dalam kondisi prihatin, beberapa orang lalu mendapatkan pencerahan, mendapatkan ide atau gagasan untuk mengatasi keprihatinan yang melanda hidupnya. Pencerahan bisa bermacam ragam  bentuknya, ada yang hanya berupa gagasan kecil untuk membuatnya bahagia kembali,  hingga suatu gagasan luar biasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hampir semua orang yang sukses dalam menjalani hidup (entah itu sukses apa atau hanya kepuasan pribadi), berawal dari kondisi ini, kondisi "Prihatin". Mengapa demikian ? karena pada fase inilah pencerahan itu biasanya muncul. Bagaimana dengan orang-orang sukses yang sepertinya tidak pernah prihatin karena mendapat warisan dari orang tuanya ? kita tidak pernah tahu bentuk prihatin yang dialami orang itu atau memang tidak pernah prihatin, kita bisa abaikan orang-orang ini sejenak untuk tidak dibahas, karena saya yakin jumlah nya sangat sedikit di muka bumi ini.

Menunggu kondisi prihatin untuk mendapat pencerahan tentu tidaklah bijaksana, karena kita tak pernah tahu kapan dan dimana kondisi prihatin itu terjadi, bahwa saya yakin hampir semua dari kita tidak ada yang berharap kondisi prihatin ini terjadi dalam hidup kita secara tiba-tiba. Maka cara paling bijaksana adalah mengkodisikan diri prihatin meski keadaan tidak sedang memaksa kita untuk prihatin. Untuk apa ? ya untuk memperoleh pencerahan itu. Cara nya bagaimana ?

Bertapa, adalah bermeditasi disertai dengan puasa. Semakin lama waktu yang dijalani, semakin prihatin kondisi yang terjadi. Ini cara prihatin yang sangat mendalam dan tidak mudah dijalankan. Namun bagi para pelakunya, dipercaya lebih cepat dan lebih jelas memperoleh pencerahan. 

Bermeditasi, memusatkan pikiran pada sang maha Agung, tidak disertai dengan puasa, namun benar-benar mengosongkan diri dan tidak terpengaruh dengan dunia sekitarnya, sangat fokus berkomunikasi dengan diri sendiri atau dengan sang maha Agung yang dipercaya.

Berpuasa, sebagian umat manusia yang meyakini agama Islam tentu paham soal kewajiban menjalankan puasa ini. Berpuasa itu prihatin, apalagi disetai dengan semacam mekanisme ibadah yang tujuanya tidak lain  adalah memperoleh pencerahan sekaligus pengampunan dosa. Semua orang dapat berpuasa dengan tata cara masing-masing.


Berpantang, menahan diri tidak melakukan sesuatu atau tidak makan sesuatu, dengan demikian si pelaku akan merasakan suatu penderitaan yang dapat membuatnya menjadi prihatin.

Berdoa yang sangat rajin, mendalam dan lama, dapat membawa seseorang dalam kondisi prihatin, dimana mungkin orang lain tidak melakukan hal yang sama, sementara si pelaku dengan sengaja menyisihkan waktu khusus untuk berdoa.

Bekerja yang sangat keras dan fokus, saya rasa orang bisa masuk ke kondisi prihatin dengan cara ini, apalagi pekerjaan nya benar-benar membuat seseorang sangat lelah. Ini adalah cara masuk ke kondisi prihatin yang paling mudah, karena kebanyakan orang menjalaninya sehari-hari, hanya saja tidak semua orang sangat keras bekerja dan fokus.

Bertapa, bermeditasi, berpuasa, berpantang, berdoa mendalam, dan bekerja keras adalah contoh dari cara untuk mengkondisikan diri menjadi prihatin, dari yang paling sulit dan paling mudah dilakukan. Kualitas pencerahan yang diperoleh tentu sesuai dengan level prihatin yang dialami. Semakin sulit kondisi yang akan dilalui, maka semakin bagus kualitas pencerahanya. Tidak perlu menunggu keadaan yang tidak diharapkan terjadi sehingga menjadi prihatin, maka memperoleh pencerahan dengan cara prihatin, memang bisa dilakukan secara sengaja.


Tilik lah tokoh-tokoh agama atau para filsuf dan penemu yang hasil pencerahan nya tidak hanya berguna untuk hidupnya saja, namun digunakan umat manusia sampai sekarang bahkan mungkin abadi. Ada yang mengatakan, mereka ahli dalam memposisikan kesadaranya  nya pada gelombang otak tertentu, maka mereka mendapatkan pencerahan. Tidak salah, hanya saja caranya bagaimana ? memegang dahi ber jam - jam sambil berfikir ?, bengong berhari hari bahkan berbulan bulan seperti orang gila ?, lupa makan, minum, tidur dan hanya fokus dengan pekerjaan atau fikiran nya sendiri ? apapun  itu, kondisi yang dialami itu adalah prihatin.

Akhir-akhir ini ada orang yang merasa dirinya ahli gelombang otak dan kesadaran diri, yang menciptakan trik tertentu sehingga membuat seseorang tiba-tiba memperoleh pencerahan tertentu dan menjadi sukses. Saya rasa itu tidak lebih dari jalan pintas yang hasil akhirnya tidak abadi. Sesaat mungkin iya, pencerahan itu datang, untuk siapa ? saya yakin hanya untuk diri sendiri saja, kalau pun sukses, tentu tidak jauh-jauh dari kepentingan untuk dirinya sendiri. Jika benar trik itu hebat, mengapa tak digunakan sendiri untuk memperoleh pencerahan dan meraih suskes yang bisa dibagi untuk semua makhluk dimuka bumi ini ? buat saya, cara ini tidak murni prihatin dan pencerahanya tidak akan berdampak jangka panjang apalagi berdampak kepada umat manusia.

Pencerahan melalui jalan prihatin, menurut saya bersifat murni dan jangka panjang, mungkin tidak
hebat namun cukup berdampak pada diri sendiri dan orang lain. Saya yakin, siapapun kita, yang pernah ada pada posisi prihatin atau memang sedang prihatin karena keadaan, sangat berpotensi memperoleh pencerahan, tinggal bagaimana kita peka dengan petunjuk yang ada. Butuh niat, butuh semangat, butuh latihan dan melakukan dengan setulus hati.

Mari mencari pencerahan..... dengan PRIHATIN