MENATAP MASA DEPAN
16 Sept 2008
Beberapa tahun yang silam, saat masih kuliah di kota "gudeg" Yogya, waktu sepertinya berjalan begitu lambat. Dari pagi sampai sore sepertinya lama sekali, mengapa bisa begitu ? mungkin karena perasaan saja, aktivitas saya sebagai mahasiswa memang sangat longgar, tidak ada yang memburu-buru, kecuali diri sendiri. Semakin pengin santai, ya semakin lama waktu bergerak. Kadang menjadi bahan olokan, kalau di Bali katanya "Everyday is Holiday" kalau di Yogya "Everyday is Sunday".... pokoknya santai dan santai layaknya di hari minggu yang tanpa beban itu.....
Nah, diwaktu-waktu yang bergerak lambat itu, saat orang lain benar-benar santai, saya malah banyak merenung, apa saja direnungkan, kadang ada seorang teman yang bilang, saya cocoknya kuliah di Filsafat saja. Kalau berdiskusi tentang apa saja, seperti tak ada ujung, karena pertanyaan yang keluar dari mulut saya selalu menggiring ke puncak yang paling hakiki dari suatu kebenaran fakta, dan itu sebenarnya adalah filsafat. Bayangkan nikmatnya ngobrol bareng teman satu kost, di sore-sore yang sedang hujan gerimis, sambil duduk lesehan di beranda, nyruput kopi panas, makan gorengan super panas, plus ngisep Dji Sam Soe ...... mantabbb !
Disela kenikmatan itu, dan diantara hasil permenungan, tiba-tiba hati saya bergejolak dengan rasa bosan, sangat bosan, sepertinya kenikmatan ini bisa menjerumuskan saya pada suatu lubang hitam tiada akhir...... padahal saya tidak tahu apakah benar itu akan terjadi. Kenikmatan ini mestinya tidak terjadi terlalu lama, mestinya suatu hari nanti saja, karena hidup pun belum dimulai, apalagi masih kuliah. Ada yang salah, tapi apa ?. Saya merenung lagi ......
Suatu malam yang sepi saya mau bikin kopi, tapi persediaan gula saya di kamar habis. Mau minta anak kost lain, mereka pada pergi, entah kemana mereka. Mau beli gula, warung sudah pada tutup, apa lacur, saya mengendap-endap masuk ke dapur ibu kost untuk sekedar dapat sesendok gula buat bikin kopi ...... supaya ga ketahuan saya bawa senter, bener-bener seperti maling, dan memang niatnya mau maling (hahahaha.............). Akhirnya saya temukan gula itu di dalam toples plastik dekat kompor minyak yang karatan itu. Karena buru-buru, langsung saja saya buka dan ambil sesendok gula dan dimasukan ke gelas berisi kopi yang sudah saya bawa dari tadi, lalu segera keluar dapur dan masuk kamar lagi. Aksi pencurian malam itu sukses besar !, tapi tunggu dulu .......
Air yang saya didihkan di water heater sudah mendidih, dan siap untuk di tuang ke gelas. Pas mau di tuang, apa yang terjadi ...... ternyata gula dalam gelas yang saya bawa tadi penuh dengan semut merah kecil-kecil ...... bahkan kalau di total mungkin lebih banyak semutnya ketimbang gulanya..... pantesan tangan saya tadi kok rada gatel. Ternyata beberapa mahkluk menjengkelkan itu mencoba merambat keluar dari gelas dan mendapati tangan saya untuk digigit (maklum, saya memang manis). Huh, bagaimana ini ? mau dibuang, sayang dengan perjuangan nyolong tadi, mau diminum, kok banyak semut ? mau nunggu semutnya pergi, sudah kebelet banget ngopi ..... harus ada yang saya kalahkan, tapi apa ya ? Akhirnya air panas itu saya tuang saja, dan semut-semut tadi sudah bisa dipastikan matang sematang matangnya di gelas saya dan larut bersama kopi. Hmmmmm, saya kalahkan persepsi saya tentang semut yang jorok dan gatal itu, setelah dituang air panas dan dicampur kopi toh ga kelihatan juga, setelah di aduk-aduk akhirnya saya sruput................ mak nyoszzzzzzzzzzzzzz, tapi tunggu dulu ........
Sesruput kopi itu seperti membuka cakrawala otak saya, bau wangi kopi "semut" yang menyengat itu seperti mengampuni semua dosa dan beban hari itu untuk menemukan secercah pengertian baru. Baru saja saya mengalahkan ego saya mengenai persepsi semut yang jorok dan gatal untuk mendapat kenikmatan baru, kenikmatan yang jauh lebih nikmat dari sebelumnya ...... INI DIA .... !!, kenikmatan hidup saya di yogya waktu itu sudah membuat saya tidak sanggup menatap masa depan, saya seperti semut terjebak dalam toples gula, keenakan sampai lupa ga keluar dari toples dan akhirnya diminum orang .... ternyata saya tidak sanggup melepas ego saya untuk sedikit menderita dan mengorbankan persepsi kenikmatan itu untuk memperoleh kenikmatan lain..... dan begitulah, secangkir kopi "semut" menyadarkan saya. Akhirnya hanya dalam waktu 3 bulan skripsi yang tertunda 2 tahun selesai disusun, dan dalam waktu tidak lebih dari 5 bulan sejak nyruput kopi "semut" itu saya sudah di Jakarta, kerja jualan BeHa sampai sekarang .......
Menatap masa depan memang tidak mudah, kadang kita hanya memimpikan sesuatu, tapi tidak pernah menyadari kapan mau mulai mewujudkanya. Dengan permenungan, peristiwa apapun bisa menginspirasi, bahkan peristiwa yang dimulai dari niat buruk dan kesialan pun bisa memberikan inspirasi. Peristiwa apa hari ini yang bisa menginspirasi kita untuk bisa menatap masa depan ? jangan terjebak kenikmatan !
Hari ini masih belum ada kopi, warung masih tutup karena bulan puasa .......... dibayangkan saja....... mak nyozzzzzzzzzzzzzzzzz................
Beberapa tahun yang silam, saat masih kuliah di kota "gudeg" Yogya, waktu sepertinya berjalan begitu lambat. Dari pagi sampai sore sepertinya lama sekali, mengapa bisa begitu ? mungkin karena perasaan saja, aktivitas saya sebagai mahasiswa memang sangat longgar, tidak ada yang memburu-buru, kecuali diri sendiri. Semakin pengin santai, ya semakin lama waktu bergerak. Kadang menjadi bahan olokan, kalau di Bali katanya "Everyday is Holiday" kalau di Yogya "Everyday is Sunday".... pokoknya santai dan santai layaknya di hari minggu yang tanpa beban itu.....
Nah, diwaktu-waktu yang bergerak lambat itu, saat orang lain benar-benar santai, saya malah banyak merenung, apa saja direnungkan, kadang ada seorang teman yang bilang, saya cocoknya kuliah di Filsafat saja. Kalau berdiskusi tentang apa saja, seperti tak ada ujung, karena pertanyaan yang keluar dari mulut saya selalu menggiring ke puncak yang paling hakiki dari suatu kebenaran fakta, dan itu sebenarnya adalah filsafat. Bayangkan nikmatnya ngobrol bareng teman satu kost, di sore-sore yang sedang hujan gerimis, sambil duduk lesehan di beranda, nyruput kopi panas, makan gorengan super panas, plus ngisep Dji Sam Soe ...... mantabbb !
Disela kenikmatan itu, dan diantara hasil permenungan, tiba-tiba hati saya bergejolak dengan rasa bosan, sangat bosan, sepertinya kenikmatan ini bisa menjerumuskan saya pada suatu lubang hitam tiada akhir...... padahal saya tidak tahu apakah benar itu akan terjadi. Kenikmatan ini mestinya tidak terjadi terlalu lama, mestinya suatu hari nanti saja, karena hidup pun belum dimulai, apalagi masih kuliah. Ada yang salah, tapi apa ?. Saya merenung lagi ......
Suatu malam yang sepi saya mau bikin kopi, tapi persediaan gula saya di kamar habis. Mau minta anak kost lain, mereka pada pergi, entah kemana mereka. Mau beli gula, warung sudah pada tutup, apa lacur, saya mengendap-endap masuk ke dapur ibu kost untuk sekedar dapat sesendok gula buat bikin kopi ...... supaya ga ketahuan saya bawa senter, bener-bener seperti maling, dan memang niatnya mau maling (hahahaha.............). Akhirnya saya temukan gula itu di dalam toples plastik dekat kompor minyak yang karatan itu. Karena buru-buru, langsung saja saya buka dan ambil sesendok gula dan dimasukan ke gelas berisi kopi yang sudah saya bawa dari tadi, lalu segera keluar dapur dan masuk kamar lagi. Aksi pencurian malam itu sukses besar !, tapi tunggu dulu .......
Air yang saya didihkan di water heater sudah mendidih, dan siap untuk di tuang ke gelas. Pas mau di tuang, apa yang terjadi ...... ternyata gula dalam gelas yang saya bawa tadi penuh dengan semut merah kecil-kecil ...... bahkan kalau di total mungkin lebih banyak semutnya ketimbang gulanya..... pantesan tangan saya tadi kok rada gatel. Ternyata beberapa mahkluk menjengkelkan itu mencoba merambat keluar dari gelas dan mendapati tangan saya untuk digigit (maklum, saya memang manis). Huh, bagaimana ini ? mau dibuang, sayang dengan perjuangan nyolong tadi, mau diminum, kok banyak semut ? mau nunggu semutnya pergi, sudah kebelet banget ngopi ..... harus ada yang saya kalahkan, tapi apa ya ? Akhirnya air panas itu saya tuang saja, dan semut-semut tadi sudah bisa dipastikan matang sematang matangnya di gelas saya dan larut bersama kopi. Hmmmmm, saya kalahkan persepsi saya tentang semut yang jorok dan gatal itu, setelah dituang air panas dan dicampur kopi toh ga kelihatan juga, setelah di aduk-aduk akhirnya saya sruput................ mak nyoszzzzzzzzzzzzzz, tapi tunggu dulu ........
Sesruput kopi itu seperti membuka cakrawala otak saya, bau wangi kopi "semut" yang menyengat itu seperti mengampuni semua dosa dan beban hari itu untuk menemukan secercah pengertian baru. Baru saja saya mengalahkan ego saya mengenai persepsi semut yang jorok dan gatal untuk mendapat kenikmatan baru, kenikmatan yang jauh lebih nikmat dari sebelumnya ...... INI DIA .... !!, kenikmatan hidup saya di yogya waktu itu sudah membuat saya tidak sanggup menatap masa depan, saya seperti semut terjebak dalam toples gula, keenakan sampai lupa ga keluar dari toples dan akhirnya diminum orang .... ternyata saya tidak sanggup melepas ego saya untuk sedikit menderita dan mengorbankan persepsi kenikmatan itu untuk memperoleh kenikmatan lain..... dan begitulah, secangkir kopi "semut" menyadarkan saya. Akhirnya hanya dalam waktu 3 bulan skripsi yang tertunda 2 tahun selesai disusun, dan dalam waktu tidak lebih dari 5 bulan sejak nyruput kopi "semut" itu saya sudah di Jakarta, kerja jualan BeHa sampai sekarang .......
Menatap masa depan memang tidak mudah, kadang kita hanya memimpikan sesuatu, tapi tidak pernah menyadari kapan mau mulai mewujudkanya. Dengan permenungan, peristiwa apapun bisa menginspirasi, bahkan peristiwa yang dimulai dari niat buruk dan kesialan pun bisa memberikan inspirasi. Peristiwa apa hari ini yang bisa menginspirasi kita untuk bisa menatap masa depan ? jangan terjebak kenikmatan !
Hari ini masih belum ada kopi, warung masih tutup karena bulan puasa .......... dibayangkan saja....... mak nyozzzzzzzzzzzzzzzzz................
Comments