BERTAHAN untuk MENANG

20/3/2009

Ada sebuah film yang menceritakan kisah nyata kehidupan seorang pelatih American Football (AF) khusus untuk narapidana (NAPI). Begitulah Amerika, sampai urusan olahraga para NAPI saja sampai dipikirin pelatihnya. Dan tidak main-main, si pelatih ini bukan sembarang orang, dia memang punya pengalaman segudang untuk urusan cabang olahraga ini. Walhasil, anak didiknya bisa berprestasi memenangkan beberapa kompetisi baseball di tingkat nasional, tentu saja lawan mainya bukan narapidana. Melalui proses latihan yang keras dan panjang, pelatih diam - diam "menyusupkan" nilai-nilai kehidupan yang positif untuk para NAPI ini, supaya saat mereka bebas, kehidupan baru yang dijalaninya benar-benar bersih dan penuh semangat. Luar biasa ! memang ada banyak cara untuk merubah orang, salah satunya adalah menggunakan aktivitas yang disukai.

Dalam suatu sesi pertandingan awal, tentu saja mereka "bukan siapa-siapa", apalagi dibandingkan dengan orang-orang bebas lainya. Berhadapan dengan orang yang "normal" bukan hal mudah, butuh kesiapan mental dan daya tahan khusus untuk bisa merasa percaya diri sekaligus berperilaku santun. Disinilah dibutuhkan kehandalan seorang pelatih yang tidak saja memiliki kemampuan teknis yang baik, namun juga attitude sebagai pemimpin yang mempuni. Memberi semangat saat di ruang ganti adalah ritual khas para para pelatih AF, bedanya, yang diberi semangat ini adalah para narapidana yang memiliki latarbelakang kriminalitas, sehingga sangat dimungkinakn emosi mereka tidak dapat dikontrol saat bermain. Perkelahian dan perilaku liar lain masih mungkin terjadi, apalagi mereka memang kebanyakan menjadi kriminal karena perilaku buruknya. tetapi semua itu bisa ditepis, pertandingan berjalan lancar, penuh kekompakan, dan santun. Para sipir yang berjaga di arena pertandingan menarik lafas lega saat pertandingan usai dan mengantar mereka kembali ke sel penjara.

Sampai disitu ceritanya ? tentu tidak ! mereka pulang dengan menahan kekecewaan yang sangat besar,
Pertama : Mereka Kalah, bahkan kalah telak, sangat memalukan !
Kedua : Mereka tidak punya suporter, cheerleader, apalagi sponsor, sangat berbeda dengan lawan main mereka yang sangat heboh !
Ketiga : Mereka akhirnya harus menelan kenyataan, bahwa setelah bermain, harus kembali ke penjara, bukan kembali ke rumah !
Beberapa pemain akhirnya mengundurkan diri, tidak tahan menerima kenyataan "memalukan" ini, mereka menganggap latihan yang berat dan "caci maki" pelatih sia-sia belaka. Lebih baik main olah raga biasa saja, masuk ke sel, dan menunggu hari untuk bebas.

Sang pelatih nyaris kehabisan ide untuk mengajak mereka kembali bergabung, segala cara dilakukan untuk dapat mengembalikan semangat mereka, bahkan dia sampai menelfon pacar, orang tua, maupun sahabat mereka diluar penjara untuk menjenguk dan memberi semangat mereka lagi. Sang pelatih sebenarnya bisa saja cuek, dan mencari lagi pemain lain, toh penghuni penjara masih banyak. Tapi tidak demikian, sang pelatih merasa sudah kepalang tanggung mengajari mereka, karena sebenarnya yang paling penting bukan menang dalam pertandingan, tetapi berharap merubah perilaku mereka melalui team yang sudah terlanjur dibentuk. Sang pelatih akhirnya hampir meyerah, dan menceritakan kondisi ini pada ibunya, dan sang ibu yang sudah tua itu memberi nasehat, "Bertahanlah nak, akan lebih buruk jika kau berhenti berusaha mengajak mereka kembali, pasti ada cara lain jika hatimu tenang dan tetap bertahan, kalau kau menyerah, apa bedanya kau dengan mereka... ?". Seperti disambar petir, sang pelatih langsung beranjak dan kembali melangkah dengan sangat optimis.

Akhirnya sang pelatih punya ide, dalam pertandingan berikut, jumlah pemain memang berkurang, sehingga pemain cadangan benar-benar kosong (dalam AF mutlak harus ada pemain cadangan, karena resiko cedera sangat besar, mereka saling beradu tubuh, bertabrakan memperebutkan bola). Para napi yang mundur jadi pemain ikut dilibatkan sebagai penonton. Di ruang ganti, seperti biasa, pelatih memberi semangat, "kalian tahu, teman-teman kalian yang putus asa itu butuh dukungan kalian untuk kembali ke team ini, mereka tahu kalian pasti kalah dalam pertandingan ini, bahkan kekalahan yang lebih buruk dari pertandingan pertama, saya mau katakan pada kalian, jika kalian tidak yakin akan menang, lakukan apapun untuk bertahan, jika tidak bisa menciptakan goal, jangan buat lawan kalian membuat goal, itu kuncinya !!.."

Pertandingan berjalan aneh, para Napi yang menonton seharusnya menjadi suporter, tetapi tidak, malah banyak mencemooh para pemain, sebaliknya para pemain malah seperti menjadi suporter para penonton, dan berlagak menjadi pemain yang sepertinya tak tertandingi. Petandingan yang aneh, score sempat merangkak naik di tangan lawan, namun team NAPI bisa menyusulnya, meski dengan susah payah. Pelatih tahu, para pemain sudah mulai kelelahan, dan sudah ada yang cedera, namun karena tidak ada pemain cadangan, mereka terus bertanding. "Saat nya kalian bertahan !, tidak perlu buat goal lagi, tahan-tahan-tahan !!!" begitu teriaknya dari pinggir lapangan pada para pemain.

Namun ada seorang pemain yang nekat melaju kedepan ingin mencetak goal, hadangan masuk dari kiri dan kanan, karena pemain lain sudah kelelahan, maka tidak ada yang bisa melindungi, akhirnya "Gubrakkkk !" tabrakan tak terhindari, sang pemain terpelanting dan terjerembab dengan kepala ke tanah, "krak !", kelihatanya leher sang pemain patah. Demikianlah, pertandingan akhirnya ditunda beberapa saat, dan akhirnya diputuskan untuk dihentikan karena team NAPI tidak ada pengganti. Tapi tunggu dulu, para napi yang tadinya menonton dan mengolok-olok tiba-tiba berubah pikiran, mereka tidak bisa menerima keputusan itu, mereka dengan semangat yang membara, bahkan dengan emosi yang sangat meluap luap akhirnya menyerbu ke lapangan, dan minta dikasih kostum untuk bertanding. Pertandingan dilanjutkan, dan akhirnya berakhir dengan score sama. Para NAPI tidak bisa mencetak goal, namun berhasil menahan lawan mereka untuk tidak mencetak goal. Sang pelatih bangga dengan hasil pertandingan ini, tidak hanya bangga karena anak didiknya berhasil bertahan, namun lebih dari itu, dia bisa berhasil membuat anggota team nya kembali utuh, meski harus ada pengorbanan yang memilukan dari salah satu anggota team. Pemain yang patah leher ini akhirnya hanya menjadi penonton selama musim kompetisi ini, namun di pertandingan terakhir dia kembali nekat dengan terjun menjadi penentu kemenagan yang mengharukan.

Begitulah, orang-orang yang "kalah" dalam kehidupan ini bisa menang dalam kehidupan yang lain, tentu saja dengan segala usaha dan pengorbanan, dan yang utama adalah adanya seorang pemimpin yang sangat berpengaruh, menjadi pendamping yang baik, menjadi guru, sekaligus motivator yang sangat bersemangat menjaga keutuhan anggotanya. Sang pelatih sangat fokus dengan tujuan akhirnya, yaitu perubahan perilaku anggota team nya agar menjadi orang yang baik dan tidak kembali menjadi kriminal, itu saja ! Segala pengorbanan tidaklah sia-sia, kadangkala bertahan memang lebih penting daripada hanya mengejar kemenangan.


Secangkir kopi kursruput sendiri, mak nyussssssssssssssssssssssssss.............................

Lakone