MEMBANGUN KEAJAIBAN

28/10/2008

Pernah bermain games "Age Of Empire" ?, games dengan thema peradaban kekaisaran ini sungguh seru, saking serunya, kalau sudah main bisa lupa segalanya. Games untuk Play Station dan Komputer ini pernah Booming di awal tahun 2000 an, karena sukses maka di fitur nya terus ditambah sampai keluar versi nya yang kedua dan ketiga. Inti dari games ini adalah kita sebagai creator sebuah kekaisaran yang dibangun dari nol, kita hanya diberi modal sebuah sumur air dan seorang pekerja. Kita harus bekerja keras membangun rumah dan terus berkembang. Setiap akan menambah fasilitas hidup selalu ada syarat dan nilai tertentu yang harus dipenuhi. Misalnya jika mau menambah orang, harus punya paling sedikti 50 point untuk hasil panen. Untuk membangun rumah harus punya point 100 untuk hasil menebang kayu, untuk membangun menara harus punya 50 point untuk hasil mengumpulkan batu, dan seterusnya bisa membangun pasar, akademi militer, kuil berdoa, gedung pemerintahan, hingga sebuah Keajaiban atau Wondering (biasanya sebuah patung yang sangat besar).

Yang membuat tambah seru adalah dalam proses pembuatan kekaisaran ini kita punya musuh yaitu sesama pemain games maupun dengan program komputer. Dalam perjalanan membangun kekaisaran ini kita harus menyusun stratgi supaya tidak di serang atau dirampas hasil bumi kita oleh musuh, Jika kurang cerdik menyusun strategi, bukanya kekaisan yang dibuat, malah malapetaka yang terjadi. Ada yang menjalankan strategi dengan bertahan dan mencari aman, sejak awal sudah mengumpulkan batu supaya bisa membangun benteng dan menara pengawas. Ada juga yang membangun kekuatan militer, supaya kalau ada musuh langsung bisa balik menyerang, bahkan dengan sengaja mendatangi musuh untuk merusak duluan. Kedua strategi ini tidak menjamin apapun, karena seringkali kekuatan lawan tidak diketahui secara detail. Kita bisa mengintip kekuatan lawan dengan melihat beberapa indikator point tertentu saja, misalnya variabel Ekonomi, Religi, Militer, Teknologi, dan Keajiban. Variabel terakhir ini menarik, jika variabel itu kita lebih tinggi dibanding musuh, meskipun kita tertinggal point yang lain kita bisa langsung dinyatakan menang dalam membangun kekaisaran. Tetapi memang jarang terjadi, karena untuk membangun keajaiban banyak sekali syaratnya, bahkan meski syarat sudah dipenuhi masih ada peluang di rusak oleh musuh saat pembangunan dilakukan. Pemain games yang cerdik seharusnya fokus membangun keajaiban ini dari awal, bukan fokus untuk membangun kekuatan militer atau ekonomi saja. Ketakutan akan serangan musuh seringkali membuat pemain games ini lupa bahwa sumber dayanya habis hanya untuk membangun kekuatan militer dan teknologinya, padahal jika cerdik menyisihkan harta untuk membangun keajaiban maka kemenangan bisa diraih.

Salah satu syarat membangun keajaiban dalam games tersebut adalah nilai religi yang tinggi. Kita harus memliki beberapa kuil dimana para ahli agama (dalam games ini digambarkan sebagai orang sakti) kita buat. Orang-orang sakti ini sungguh sakti, bisa kita berdayakan untuk "menyihir" musuh dan fasilitasnya menjadi menjadi milik kita. Jadi indikator militer, ekonomi, dan teknologi justru tidak harus dominan.

Saya jadi menghubungkan dengan dunia nyata, ada keajaiban dunia yang dibangun dengan latar belakang religius seperti Candi Borobudur. Saya jadi membayangkan, betapa besarnya negri yang pernah membangun keajaiban itu. Saya membayangkan betapa sulitnya membangun keajaiban itu, tetapi bisa. Saya juga membayangkan, mungkin si pembuat candi itu juga tidak terfikir bahwa bangunan candi itu akan menjadi salah satu keajaiban di dunia, bahkan hingga saat ini, sudah bertahan berapa abad ? Luar biasa !! si pembuat candi membangun bukan dalam konteks seperti dalam games, hanya untuk meraih kemenangan pribadi, tetapi untuk dipersembahkan pada penguasa yang jauh lebih tinggi dari dirinya, siapa lagi jika bukan Sang Pencipta langit dan bumi.

Saat ini orang Indonesia sudah terjebak dalam egoisme dunia, karakter bangsa sudah mulai runyam dan tidak jelas. Boro-boro membangun keajaiban untuk meraih kemenangan abadi, untuk mengucap syukur dengan apa yang telah diberikan Sang Pencipta saja sulit, alih-alih malah membangun kemegahan dirinya sediri dengan segala cara, termasuk mencuri, korupsi, dan merampas hak orang lain. Saya membayangkan bahwa dijaman Candi Borobudur dibangun, betapa religiusnya masyarakat saat itu, ribuan bahkan mungkin jutaan orang mendukung pembangunan candi itu pasti tahu bahwa candi itu dibuat untuk dipersembahkan bukan pada penguasa bumi tetapi lebih dari itu adalah penguasa alam semesta dan segala isinya.

Belum lama ini China sudah berhasil membawa warganya berjalan di antariksa, India juga berhasil meluncurkan roket pertamanya ke luar angkasa, Indonesia baru bisa membuat kompetisi membuat roket mainan, bahkan dengan daya dorong hanya dari air ....... (baca koran SINDO 27 Okt 2008). China dan India hebat, Indonesia sepertinya tertinggal dan terpuruk.

Dahulu Indonesia pernah punya keajaiban yang mengacu pada nilai religius seperti Borobudur. Tapi sekarang memang berbeda dengan dahulu, saat ini begitu jamaknya agama yang dianut, bagaimana menyatukan nilai religi supaya bisa menjadi sendi dasar negara dan bahkan menuju suatu keajaiban bangsa ? Negara China tidak mengakui agama, tapi masyarakatnya tahu betul cara berpasrah diri pada kekuatan diluar dirinya (para dewa ?), India adalah negara yang dipuja karena masyarakatnya yang tahu betul bagaimana bermeditasi dan berpasarah diri pada Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, mempersatukan nilai kejamakan religiusitas Ini adalah tantangan untuk siapapun yang akan menjadi pemimpin negri ini. Apakah Pancasila itu cukup sebagai solusi pemersatu nilai religi ? jika mamang Pancasila sakti, mana buktinya ? sampai kapan kita menjadi object jajahan bangsa lain ? Saya meyakini jika nilai dasar religi sudah mengakar di negri ini (bukan sekedar jargon dan lipstik munafik untuk kepentingan pribadi) maka tinggal menghitung hari, negri ini akan gemah ripah loh jinawi menuju sebuah keajaiban abadi ............. maka bersatulah !!

Secangkir kopi kusruput sendiri, sruput............... mak nyozzzzzzzzzzzzzzzz.............................


Lakone

Comments