MENJADI YANG KITA INGINKAN
7/11/08
Semalem terjadi peristiwa yang sering tejadi di rumah saat saya duduk bersama anak-anak di depan televisi, apalagi kalau bukan rebutan chanell TV !
Meskipun kita sudah buat aturan, sudah buat konsensus tapi kejadian ini bisa saja terjadi. Saya ingin nonton berita, anak saya pengin nonton kartun. Hal ini terjadi karena adanya benda bernama Remote Control. Betapa mudahnya kita berpindah chanell hanya dengan memencet tombol-tombol yang terdapat di Remote Control.
Kita bisa berpindah satu chanell ke chanell lain dengan mudah dan langsung ada gambarnya, hebat betul TV itu ya........ jadi ingat buku "The Secret", kita seperti Televisi yang memancarkan frekwensi tertentu saat dinyalakan, dan frekwensi itu menangkap frekwensi pemancar stasiun televisi, lalu pertemuan dua frekwensi yang sama ini menghadirkan suatu keajaiban yang diinginkan oleh kita. Begitu cara kerjanya ? ya, persis ! apa yang terjadi dalam hidup kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran kita adalah frekwensinya, pemancar televisi adalah semesta yang memang sudah menyiapkan apa yang kita inginkan. Ada ribuan, jutaan, bahkan milyaran chanell stasiun televisi diluar sana, tinggal kita yang mau menangkap yang mana, kita tinggal menyalakannya, fokus pada frekwensinya, dan jadilah !! semudah itu ? persis !
Hanya saja, bagaimana kita bisa fokus pada frekwensi yang kita tuju itu. Keinginan yang jelas dan clear adalah frekwensi yang mantap dan stabil. Bayangkan jika frekwensi itu tidak pas, goyang sana goyang sini, pasti gambar di TV jadi tidak clear, karena memang tidak fokus. Dalam kenyataanya untuk fokus pada satu titik pikiran memang tidak mudah, ini yang membedakan orang yang berhasil meraih keinginanya dengan yang tidak. Semua orang ingin kaya, tetapi mengapa tidak semua orang kaya ? ya karena kemampuan fokusnya berbeda-beda, orang kaya sangat fokus dengan kekayaan yang ingin diraih, orang miskin terlalu banyak yang diinginkan, dan karena tahu itu sulit diraih maka menjadi apatis dan tidak berani memikirkan lagi keinginan itu. Pikiran orang miskin berputar-putar, berbelok-belok, maju mundur, tidak jelas apa yang mau dilakukan, dan akhirnya hanya diam dan tidak melakukan apapun !
Fokus pada keinginan, mestinya tidak membatasi pada keinginan ingin kaya saja, kalau memang tidak ingin kaya juga tidak masalah, karena kekayaan hanya salah satu indikator kebahagiaan, seperti halnya tugas skripsi saat kuliah adalah salah satu syarat kelulusan. Apakah ada mahasiswa sukses tanpa skripsi ? Ada, banyak pula, tinggal bagaimana mengartikan kata sukses itu. Sukses lulus kuliah adalah ukuranya, tetapi berhasil menjadi pengusaha sukses tanpa lulus kuliah adalah kebahagiaan tersendiri. Maka tentukan dahulu indikator sukses atau bahagia yang kita inginkan. Ada orang yang bilang "Sukses adalah mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi Bahagia adalah keinginan yang di anda dapatkan" Apa bedanya sih ?
Sukses berawal dari berfikir untuk mendapatkan yang diinginkan, tetapi bahagia berawal dari keinginan yang ingin didapat. Masih bingung ? begini contohnya. Pada saat seseorang berhasil meraih juara 1 dalam perlombaan lari, itu adalah kesuksesan, karena dia mendapatkan apa yang diinginkan dalam perlombaan, bukan saja diinginkan oleh dia tapi mungkin oleh seluruh orang dalam perlombaan itu. Akan tetapi menjadi juara 1 bisa jadi tidak membuat dia bahagia, karena mungkin dia tidak berharap itu terjadi, mungkin dia lebih suka juara 2 saja, karena hadiah juara dua adalah sebuah sepeda motor yang ingin dia berikan pada adiknya yang sangat ingin sepeda motor itu. Sementara itu juara satu mendapat hadiah mobil balap. Mobil balap memang lebih hebat dari motor, tapi nilainya tidak sebanding dengan kebahagiaan memberikan sepeda motor pada adiknya. Kesuksesan bisa diukur, dinilai, dan ditakar tapi kebahagiaan tidak.
Kebahagiaan sangat pribadi dan relatif bagi siapapun. Satu-satunya nilai kebahagiaan yang jamak dan pasti bisa dilihat (meski tetap tidak bisa diukur) adalah kebebasan. Kita bisa memilih bahagia sebagai kebebasan untuk tertawa, menangis, berbicara, bekerja, bernyanyi, bercanda, beragama, berkeyakinan, dan bebas pula untuk menjalani segala aturan untuk menjaga harmonisasi dalam hubunganya dengan hidup berkelompok. Maka untuk bisa meraih kebebasan, adalah membebaskan segala hal yang membatasi kebebasan itu. Misalnya supaya bebas beraktivitas, kita harus bebas dari sakit, supaya bebas tertawa, kita harus menghilangkan sedih, supaya bebas bernyanyi, kita harus bisa bersuara, supaya bebas dari ancaman penjara, kita harus ikuti aturan, supaya bebas memberi ke semua orang kita harus kaya !.
Jadi kebahagiaan harus bertolak dari sebuah keinginan yang paling mendasar dari pribadi kita, yang mungkin tidak bisa diukur, tidak bisa disentuh dan diketahui orang lain. Jika kebahagiaan kita adalah menjadi kaya, ya terjadilah, dan selain meraih sukses menjadi kaya (bisa diukur) juga menjadi bahagia karena kita menginginkanya. Menjadi kaya tanpa keiinginan yang jelas bisa berujung pada ketidakbahagiaan. Kita bisa saja berkata CUKUP pada apapun yang kita miliki sekarang karena dengan apa yang ada sekarang kita sudah bahagia dengan kebebasan kita. Akan tetapi kapasitas orang berbeda-beda, barangkali kita diberi kemampuan lebih, maka kita bisa membuat ukuran kesuksesan kita sendiri untuk meraih kebahagiaan secara pribadi.
Maka mulailah dengan keinginan yang jujur dari pribadi yang paling dalam, misalnya kita ingin kaya untuk bisa bebas menolong orang lain dan berbagi, ingin kaya untuk bisa bebas membangun masjid, ingin kaya untuk bisa bebas membangun yayasan pendidikan, ingin kaya untuk bebas apa saja yang penting baik. Jika ingin kaya untuk sebuah kebanggaan pribadi dan diakui orang saja, pasti ujungnya adalah ketidak puasan dan ketidak bahagiaan karena belum tentu kita memperolehnya, apalagi ingin kaya hanya untuk menghamburkan harta, itu sudah jelas sesat. Ingat, kalau hanya ingin kaya dengan punya rumah besar dan mobil mewah, kita tinggal pasang frekuensinya saja, setel dan fokus, jangan goyang, terus menerus di nyalakan, dan terjadilah, itu hukum alam (hukum tarik-menarik menurut buku The Secret).
Menjadi bahagia tentu lebih baik daripada hanya menjadi sukses tetapi belum tentu bahagia, misalnya ada orang yang senang makan menjadi sukses karena kekayaanya, tetapi dia sekarang sakit-sakitan, tidak bebas memakan semua menu makanan lagi, menurut saya dia tidak bahagia, karena salah satu kebebasanya terpasung, yaitu bebas makan. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur, maka jangan katakan "meraih kebahagiaan juga sebuah kesuksesan", itu tidak benar, karena sekali lagi bahagia tidak bisa diukur oleh apapun. Maka jika melihat orang miskin tetawa terpingkal-pingkal saat bercanda dengan temanya, yang kita lihat adalah kebahagiaan dari kebebasanya untuk tertawa, sementara si miskin tetap saja orang miskin, bukan orang sukses. Si miskin bisa bahagia ? mungkin saja, karena dia memilih arti bahagia jika bebas untuk tertawa saja, sementara kebebasan lain dikesampingkan. Menjadi miskin yang bahagia juga sebuah pilihan dari frekuensi pikiran kita, dan itu tidak masalah, karena sekali lagi yang penting memang bukan kesuksesannya, tetapi bahagianya.Maka dari itu pilihan yang terbaik adalah menjadi orang sukses yang bahagia.
Jadi apa yang harus ada dipikiran kita ? frekwensi berapa yang harus kita set up di fikirian kita ? ada ribuan keinginan di hati, mana yang harus kita fokuskan ? pilihlah yang paling simpel dulu, yang sederhana untuk meraih kebahagiaan menurut ukuran kita. Contohnya saya ingin tidak terjadi rebutan chanell tv lagi, kerena itu mengganggu kebebasan dalam menikmati TV. Maka untuk membebaskan itu saya ingin punya TV baru untuk saya pada saat saya ingin menonton berita, sementara anak bisa tetap menonton kartun. Nah, simple kan ? kalau saya pasang frekwensi pikiran itu terus menerus, saya yakin saya punya TV lagi, pasti saya sukses (bisa diukur karena ada barangnya) dan pasti bahagia karena saya bisa nonton berita.
Demikianlah, buku The Secret memang luar biasa, jika memang diyakini terjadi, maka lebih luar biasa jika ujungnya adalah kesuksesan yang bahagia.
Secangkir kopi kusruput sendiri, sruputzzzzzzzzz...., mak nyossssssssssssss........................
Lakone
Semalem terjadi peristiwa yang sering tejadi di rumah saat saya duduk bersama anak-anak di depan televisi, apalagi kalau bukan rebutan chanell TV !
Meskipun kita sudah buat aturan, sudah buat konsensus tapi kejadian ini bisa saja terjadi. Saya ingin nonton berita, anak saya pengin nonton kartun. Hal ini terjadi karena adanya benda bernama Remote Control. Betapa mudahnya kita berpindah chanell hanya dengan memencet tombol-tombol yang terdapat di Remote Control.
Kita bisa berpindah satu chanell ke chanell lain dengan mudah dan langsung ada gambarnya, hebat betul TV itu ya........ jadi ingat buku "The Secret", kita seperti Televisi yang memancarkan frekwensi tertentu saat dinyalakan, dan frekwensi itu menangkap frekwensi pemancar stasiun televisi, lalu pertemuan dua frekwensi yang sama ini menghadirkan suatu keajaiban yang diinginkan oleh kita. Begitu cara kerjanya ? ya, persis ! apa yang terjadi dalam hidup kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran kita adalah frekwensinya, pemancar televisi adalah semesta yang memang sudah menyiapkan apa yang kita inginkan. Ada ribuan, jutaan, bahkan milyaran chanell stasiun televisi diluar sana, tinggal kita yang mau menangkap yang mana, kita tinggal menyalakannya, fokus pada frekwensinya, dan jadilah !! semudah itu ? persis !
Hanya saja, bagaimana kita bisa fokus pada frekwensi yang kita tuju itu. Keinginan yang jelas dan clear adalah frekwensi yang mantap dan stabil. Bayangkan jika frekwensi itu tidak pas, goyang sana goyang sini, pasti gambar di TV jadi tidak clear, karena memang tidak fokus. Dalam kenyataanya untuk fokus pada satu titik pikiran memang tidak mudah, ini yang membedakan orang yang berhasil meraih keinginanya dengan yang tidak. Semua orang ingin kaya, tetapi mengapa tidak semua orang kaya ? ya karena kemampuan fokusnya berbeda-beda, orang kaya sangat fokus dengan kekayaan yang ingin diraih, orang miskin terlalu banyak yang diinginkan, dan karena tahu itu sulit diraih maka menjadi apatis dan tidak berani memikirkan lagi keinginan itu. Pikiran orang miskin berputar-putar, berbelok-belok, maju mundur, tidak jelas apa yang mau dilakukan, dan akhirnya hanya diam dan tidak melakukan apapun !
Fokus pada keinginan, mestinya tidak membatasi pada keinginan ingin kaya saja, kalau memang tidak ingin kaya juga tidak masalah, karena kekayaan hanya salah satu indikator kebahagiaan, seperti halnya tugas skripsi saat kuliah adalah salah satu syarat kelulusan. Apakah ada mahasiswa sukses tanpa skripsi ? Ada, banyak pula, tinggal bagaimana mengartikan kata sukses itu. Sukses lulus kuliah adalah ukuranya, tetapi berhasil menjadi pengusaha sukses tanpa lulus kuliah adalah kebahagiaan tersendiri. Maka tentukan dahulu indikator sukses atau bahagia yang kita inginkan. Ada orang yang bilang "Sukses adalah mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi Bahagia adalah keinginan yang di anda dapatkan" Apa bedanya sih ?
Sukses berawal dari berfikir untuk mendapatkan yang diinginkan, tetapi bahagia berawal dari keinginan yang ingin didapat. Masih bingung ? begini contohnya. Pada saat seseorang berhasil meraih juara 1 dalam perlombaan lari, itu adalah kesuksesan, karena dia mendapatkan apa yang diinginkan dalam perlombaan, bukan saja diinginkan oleh dia tapi mungkin oleh seluruh orang dalam perlombaan itu. Akan tetapi menjadi juara 1 bisa jadi tidak membuat dia bahagia, karena mungkin dia tidak berharap itu terjadi, mungkin dia lebih suka juara 2 saja, karena hadiah juara dua adalah sebuah sepeda motor yang ingin dia berikan pada adiknya yang sangat ingin sepeda motor itu. Sementara itu juara satu mendapat hadiah mobil balap. Mobil balap memang lebih hebat dari motor, tapi nilainya tidak sebanding dengan kebahagiaan memberikan sepeda motor pada adiknya. Kesuksesan bisa diukur, dinilai, dan ditakar tapi kebahagiaan tidak.
Kebahagiaan sangat pribadi dan relatif bagi siapapun. Satu-satunya nilai kebahagiaan yang jamak dan pasti bisa dilihat (meski tetap tidak bisa diukur) adalah kebebasan. Kita bisa memilih bahagia sebagai kebebasan untuk tertawa, menangis, berbicara, bekerja, bernyanyi, bercanda, beragama, berkeyakinan, dan bebas pula untuk menjalani segala aturan untuk menjaga harmonisasi dalam hubunganya dengan hidup berkelompok. Maka untuk bisa meraih kebebasan, adalah membebaskan segala hal yang membatasi kebebasan itu. Misalnya supaya bebas beraktivitas, kita harus bebas dari sakit, supaya bebas tertawa, kita harus menghilangkan sedih, supaya bebas bernyanyi, kita harus bisa bersuara, supaya bebas dari ancaman penjara, kita harus ikuti aturan, supaya bebas memberi ke semua orang kita harus kaya !.
Jadi kebahagiaan harus bertolak dari sebuah keinginan yang paling mendasar dari pribadi kita, yang mungkin tidak bisa diukur, tidak bisa disentuh dan diketahui orang lain. Jika kebahagiaan kita adalah menjadi kaya, ya terjadilah, dan selain meraih sukses menjadi kaya (bisa diukur) juga menjadi bahagia karena kita menginginkanya. Menjadi kaya tanpa keiinginan yang jelas bisa berujung pada ketidakbahagiaan. Kita bisa saja berkata CUKUP pada apapun yang kita miliki sekarang karena dengan apa yang ada sekarang kita sudah bahagia dengan kebebasan kita. Akan tetapi kapasitas orang berbeda-beda, barangkali kita diberi kemampuan lebih, maka kita bisa membuat ukuran kesuksesan kita sendiri untuk meraih kebahagiaan secara pribadi.
Maka mulailah dengan keinginan yang jujur dari pribadi yang paling dalam, misalnya kita ingin kaya untuk bisa bebas menolong orang lain dan berbagi, ingin kaya untuk bisa bebas membangun masjid, ingin kaya untuk bisa bebas membangun yayasan pendidikan, ingin kaya untuk bebas apa saja yang penting baik. Jika ingin kaya untuk sebuah kebanggaan pribadi dan diakui orang saja, pasti ujungnya adalah ketidak puasan dan ketidak bahagiaan karena belum tentu kita memperolehnya, apalagi ingin kaya hanya untuk menghamburkan harta, itu sudah jelas sesat. Ingat, kalau hanya ingin kaya dengan punya rumah besar dan mobil mewah, kita tinggal pasang frekuensinya saja, setel dan fokus, jangan goyang, terus menerus di nyalakan, dan terjadilah, itu hukum alam (hukum tarik-menarik menurut buku The Secret).
Menjadi bahagia tentu lebih baik daripada hanya menjadi sukses tetapi belum tentu bahagia, misalnya ada orang yang senang makan menjadi sukses karena kekayaanya, tetapi dia sekarang sakit-sakitan, tidak bebas memakan semua menu makanan lagi, menurut saya dia tidak bahagia, karena salah satu kebebasanya terpasung, yaitu bebas makan. Karena kebahagiaan tidak bisa diukur, maka jangan katakan "meraih kebahagiaan juga sebuah kesuksesan", itu tidak benar, karena sekali lagi bahagia tidak bisa diukur oleh apapun. Maka jika melihat orang miskin tetawa terpingkal-pingkal saat bercanda dengan temanya, yang kita lihat adalah kebahagiaan dari kebebasanya untuk tertawa, sementara si miskin tetap saja orang miskin, bukan orang sukses. Si miskin bisa bahagia ? mungkin saja, karena dia memilih arti bahagia jika bebas untuk tertawa saja, sementara kebebasan lain dikesampingkan. Menjadi miskin yang bahagia juga sebuah pilihan dari frekuensi pikiran kita, dan itu tidak masalah, karena sekali lagi yang penting memang bukan kesuksesannya, tetapi bahagianya.Maka dari itu pilihan yang terbaik adalah menjadi orang sukses yang bahagia.
Jadi apa yang harus ada dipikiran kita ? frekwensi berapa yang harus kita set up di fikirian kita ? ada ribuan keinginan di hati, mana yang harus kita fokuskan ? pilihlah yang paling simpel dulu, yang sederhana untuk meraih kebahagiaan menurut ukuran kita. Contohnya saya ingin tidak terjadi rebutan chanell tv lagi, kerena itu mengganggu kebebasan dalam menikmati TV. Maka untuk membebaskan itu saya ingin punya TV baru untuk saya pada saat saya ingin menonton berita, sementara anak bisa tetap menonton kartun. Nah, simple kan ? kalau saya pasang frekwensi pikiran itu terus menerus, saya yakin saya punya TV lagi, pasti saya sukses (bisa diukur karena ada barangnya) dan pasti bahagia karena saya bisa nonton berita.
Demikianlah, buku The Secret memang luar biasa, jika memang diyakini terjadi, maka lebih luar biasa jika ujungnya adalah kesuksesan yang bahagia.
Secangkir kopi kusruput sendiri, sruputzzzzzzzzz...., mak nyossssssssssssss........................
Lakone
Comments