MENGINTIP BINTANG
9/10/08
Bekesempatan mengunjungi balai obseravatorium luar angkasa BOSCHA di Lembang Bandung adalah hal yang menarik untuk saya. Selama ini saya hanya melihat kubah untuk mengintip bintang itu dari buku atau film dokumenter. Lokasi observatorium yang dibangun Belanda tahun 1923 itu adalah salah satu peninggalan penjajah yang sangat berarti untuk kita. Betapa tidak, jika menunggu bangsa ini memikirkan masalah intip mengintip bintang mungkin tahun 2000 an ini kita baru bisa buat.
Meskipun tidak bisa masuk ke dalam kubah peneropongan bintang karena memang sedang ditutup untuk umum, tetapi beruntung ada sebuah toko souvenir yang menjual berbagai penak pernik masalah keantariksaan. Cukup mengejutkan, ternyata di lokasi tersebut ada 5 teleskop, bukan hanya satu, tapi yang terbesar memang teleskop Zeiss yang bobotnya lebih dari 1 ton. Untuk melihat benda-benda langit ini memang harus malam hari dan suasana disekitar harus gelap. Maka penggunaan lampu di lokasi peneropongan ini memang cukup minim. Meneropong dengan kondisi gelap adalah cara menghindari polusi cahaya yang mengganggu pandangan ke benda langit yang jaraknya bisa jutaan kilometer.
Ternyata kondisi gelap tak selamanya "jahat", bahkan menjadi baik jika dipakai sesuai kepentingannya. Kadang kegelapan disekitar kita membuat kita panik, bingung, takut bahkan putus asa. Tetapi bagi peneliti benda - benda langit, kondisi gelap malah sangat disukai, karena dalam kondisi inilah mereka bisa sangat fokus melihat cahaya yang jauh sekali jaraknya. Bagaimana dengan hidup kita sekarang ? ada banyak kegelapan yang kita lalui ?, bahkan disela tawa dan canda ada saja kegelapan bahkan disertai dengan kepahitan. Bagaimana jika kita belajar melihat jauh seperti para pengintip bintang ini ? Manfaatkan kondisi yang kurang menguntungkan ini secara positif, justru dengan memanfaatkanya untuk fokus melihat masa depan.
Lebih efektif jika melihat jauh dengan alat khusus, teleskop misalnya, tentu sangat membantu. Tanpa teleskop, melihat benda langit dengan mata telanjang tentu sangat sulit, yang dirasakan kembali adalah kegelapan yang menakutkan. Teleskop ini ibarat ilmu dan kemampuan kita untuk melihat jauh, dengan ilmu dan kemampuan yang kita miliki, kita gunakan untuk meneropong jauh kedepan. Semakin canggih teleskop, semakin besar lensanya, semakin jelas melihat jauh. Semakin tinggi ilmu, semakin besar kemampuan, maka semakin jelas untuk melihat masa depan.
Ada satu faktor lagi agar sukses melihat benda langit selain kondisi lingkungan harus gelap, yaitu cuaca harus cerah. Secanggih apapun teleskop, kalau cuaca buruk, mendung atau hujan, menjadi tidak ada gunanya. Nah, yang satu ini benar-benar diluar jangkauan manusia, hanya Sang Pengendali cuaca saja yang tahu kapan cuaca bagus atau buruk. Sama halnya dengan cara kita memandang jauh ke kehidupan kita, mestinya akan terlihat jelas jika cuaca cerah, setinggi apapun ilmu dan kemampuan kita, jika tidak dibuka selaput kesempatan/peluang tentu sangat sulit melihat masa depan.
Baiklah kita terus menambah ilmu dan kemampuan serta terus bedoa, agar dipemudah cara kita mengintip bintang kesuksesan yang mungkin berada jauh di depan.
Secangkir kopi kusruput sendiri................ sruputzzzzzzzzzzz, mak nyozzzzzzzzzzzzzz..................
Lakone
Bekesempatan mengunjungi balai obseravatorium luar angkasa BOSCHA di Lembang Bandung adalah hal yang menarik untuk saya. Selama ini saya hanya melihat kubah untuk mengintip bintang itu dari buku atau film dokumenter. Lokasi observatorium yang dibangun Belanda tahun 1923 itu adalah salah satu peninggalan penjajah yang sangat berarti untuk kita. Betapa tidak, jika menunggu bangsa ini memikirkan masalah intip mengintip bintang mungkin tahun 2000 an ini kita baru bisa buat.
Meskipun tidak bisa masuk ke dalam kubah peneropongan bintang karena memang sedang ditutup untuk umum, tetapi beruntung ada sebuah toko souvenir yang menjual berbagai penak pernik masalah keantariksaan. Cukup mengejutkan, ternyata di lokasi tersebut ada 5 teleskop, bukan hanya satu, tapi yang terbesar memang teleskop Zeiss yang bobotnya lebih dari 1 ton. Untuk melihat benda-benda langit ini memang harus malam hari dan suasana disekitar harus gelap. Maka penggunaan lampu di lokasi peneropongan ini memang cukup minim. Meneropong dengan kondisi gelap adalah cara menghindari polusi cahaya yang mengganggu pandangan ke benda langit yang jaraknya bisa jutaan kilometer.
Ternyata kondisi gelap tak selamanya "jahat", bahkan menjadi baik jika dipakai sesuai kepentingannya. Kadang kegelapan disekitar kita membuat kita panik, bingung, takut bahkan putus asa. Tetapi bagi peneliti benda - benda langit, kondisi gelap malah sangat disukai, karena dalam kondisi inilah mereka bisa sangat fokus melihat cahaya yang jauh sekali jaraknya. Bagaimana dengan hidup kita sekarang ? ada banyak kegelapan yang kita lalui ?, bahkan disela tawa dan canda ada saja kegelapan bahkan disertai dengan kepahitan. Bagaimana jika kita belajar melihat jauh seperti para pengintip bintang ini ? Manfaatkan kondisi yang kurang menguntungkan ini secara positif, justru dengan memanfaatkanya untuk fokus melihat masa depan.
Lebih efektif jika melihat jauh dengan alat khusus, teleskop misalnya, tentu sangat membantu. Tanpa teleskop, melihat benda langit dengan mata telanjang tentu sangat sulit, yang dirasakan kembali adalah kegelapan yang menakutkan. Teleskop ini ibarat ilmu dan kemampuan kita untuk melihat jauh, dengan ilmu dan kemampuan yang kita miliki, kita gunakan untuk meneropong jauh kedepan. Semakin canggih teleskop, semakin besar lensanya, semakin jelas melihat jauh. Semakin tinggi ilmu, semakin besar kemampuan, maka semakin jelas untuk melihat masa depan.
Ada satu faktor lagi agar sukses melihat benda langit selain kondisi lingkungan harus gelap, yaitu cuaca harus cerah. Secanggih apapun teleskop, kalau cuaca buruk, mendung atau hujan, menjadi tidak ada gunanya. Nah, yang satu ini benar-benar diluar jangkauan manusia, hanya Sang Pengendali cuaca saja yang tahu kapan cuaca bagus atau buruk. Sama halnya dengan cara kita memandang jauh ke kehidupan kita, mestinya akan terlihat jelas jika cuaca cerah, setinggi apapun ilmu dan kemampuan kita, jika tidak dibuka selaput kesempatan/peluang tentu sangat sulit melihat masa depan.
Baiklah kita terus menambah ilmu dan kemampuan serta terus bedoa, agar dipemudah cara kita mengintip bintang kesuksesan yang mungkin berada jauh di depan.
Secangkir kopi kusruput sendiri................ sruputzzzzzzzzzzz, mak nyozzzzzzzzzzzzzz..................
Lakone
Comments