KAMBING BUKAN MANUSIA

4/12/08

Pada suatu event Koferensi Kerukunan Umat Beragama di jakarta, Gus Dur pernah dijebak pertanyaan rumit mengenai peristiwa Idul Kurban. Pertanyaanya begini "Gus, mana yang bener, orang Islam mengatakan yang akan dikurbankan oleh Ibrahim adalah Ismail, tapi orang Kristen bilang yang akan di kurbankan adalah Iskak ?". Hadirin yang tadinya terkantuk-kantuk sontak semua berdiri telinganya, tegang menunggu jawaban Gus Dur. Tetapi bukan Gus Dur jika tidak bisa menjawab pertanyaan jebakan seperti ini. Jawab Gus Dur "Gitu aja kok repot, mau Ismail apa Iskak itu ga penting, dua-duanya selamat kan ?", lalu tepuk tangan pun memenuhi ruangan diselingi wajah wajah gembira, serta anggukan kepala. Ya, memang dalam peristiwa bersejarah yang tercatat dalam kitab suci, kejadian itu memang berakhir dengan keselamatan calon kurban utama yang digantikan oleh seekor kambing (atau domba) oleh TUHAN untuk di korbankan.

Ada ribuan makna dari peristiwa itu, tapi pada intinya adalah teladan maha agung dari seorang Ibrahim (Abraham) dalam mengaktualisasikan imanya pada TUHAN. Kesetiaan dan kecintaanya pada sang Khalik tak tergantikan oleh apapun, bahkan anaknya sendiri pun direlakan. Ibrahim (Abraham) adalah sosok teladan iman yang telah lulus ujian maha dahsyat itu, bagaimana dengan kita ?

Tadi pagi saat berangkat kerja, disepanjang jalan menuju kantor ada banyak penjual hewan kurban musiman, mereka hanya ada ya pas menjelang hari raya Idul Kurban. Sejenak saya berhenti, dan mengamati kambing-kambing itu, saya baru sadar ternyata kambing-kamnbing yang dipajang ini memang beda dengan kambing yang biasa saya lihat, bentuknya rata-rata hampir sama, bahkan kalau boleh dibilang cukup kekar dan "ganteng". Badanya tegap, tubuhnya gempal, dan janggutnya juga panjang panjang, keren juga. Saya menduga harganya pasti lebih mahal dari kambing yang biasanya di potong untuk di konsumsi dagingnya. Ya, kata penjualnya kambing kurban memang harus sempurna, karena akan di kurbankan untuk TUHAN, bukan sekedar untuk dimakan, makanya harganya juga lebih mahal.. Lalu saya melihat ada seorang ibu-ibu turun dari mobil ber merk mahal menghampiri kami dan proses tawar-menawar pun terjadi. Setelah sepakat, si Ibu memberikan uang muka dan minta kambing nya diantarkan ke suatu tempat pada hari H (sepertinya sebuah Mushola).

Tidak jauh dari tempat penjual kambing itu terduduk seorang pengemis tua yang memang sebelum ada penjual kambing sudah biasa duduk disitu meminta-minta. Saya sudah menduga, momentum ini akan dipakai oleh pengemis tua itu untuk berharap mendapat sedekah lebih banyak. Tapi sudah bisa ditebak, seperti sinetron saja, si Ibu yang beli kambing itu ngeloyor pergi saja, bahkan seperti menganggap si pengemis tua itu tidak ada. Sedetik, saya, si pengemis, dan ibu itu pasti sempat bertatap mata, sedetik pula kami pun berfikir, tapi tak ada yang tahu apa pikiran dalam sedetik itu.

Kambing bukan manusia, memang bisa lebih gagah, kekar, dan berharga mahal, tetapi menurut saya, manusia jelas lebih mahal, karena manusia ciptaan TUHAN yang paling sempurna, meski kadang terlihat lebih renta, kusam, kelam dan hina ...........

Secangkir kopi kusruput sendiri, sruputzzzzzzzzzzzzz......... sialan, pahit.....Uhuk uhuk uhuk, huekkkkkkkkkk.............................


Lakone

Comments