TEPUNG TENGIK
27/01/09
Ini sepenggal kisah dalam rumah tangga. Karena rutinitas yang cukup padat, maka ada banyak hal-hal terlewat dalam aktivitas rumah tangga. Hanya kebijaksanaan kita saja sebagai kepala rumah tangga untuk menentukan prioritas dan kedalaman masalah yang terjadi, apakah perlu dimaklumi atau tidak.
Ini soal pembantu rumah tangga, seseorang yang selalu saya anggap sebagai anggota keluarga, bahkan dalam organization chart saya, pembantu saya masukan sebagai asistant CFO (chief financial officer), atau asisten istri. Saya sebagai CEO di rumah kadang lupa kalau menjabat COO juga, karena keterbatasan waktu. Saat ada kesempatan untuk melakukan kontrol mendalam terhadap beberapa point operational, baru nampak beberapa bagian yang bolong dan tidak sesuai prosedur. Singkat kata, sang asisten tidak memenuhi syarat dasar sebagai orang yang bisa dipercaya, alias TIDAK MEMILIKI INTEGRISTAS !
Integritas atau integrity lebih dari sekedar Jujur, ringkasnya adalah MENGATAKAN YANG DILAKUKAN dan MELAKUKAN YANG DIKATAKAN. Jujur adalah mengatakan yang dikatakan, tapi intergritas juga melakukan apa yang dikatakan. Si Asisten ini tidak hanya TIDAK JUJUR, tapi juga TIDAK PUNYA INTEGRITAS. Tidak jujur dengan apa yang sudah dilakukan, padahal ada banyak bukti penyimpangan, tapi malah mati-matian membela diri. Misalnya menggunakan HP yang sedang di charge untuk SMS ke teman-temanya. Padahal sudah dijelaskan bahwa dilarang menggunakan HP siapapun, karena itu tidak sopan, kebetulan dia memang tak punya HP. Saat dikonfrimasi jawabanya adalah "Saya ga pake kok ......", tapi beberapa kali ada jawaban SMS yang tidak jelas pengirimnya. Lebih dari itu, dia memang tidak punya integritas, contohnya adalah : "Bu, saya tidak akan mengulang kesalahan lagi...saya mau mencuci dan mengepel dengan baik...dan tidak pake HP lagi." tapi yang terjadi adalah kesalahan dibuat lagi dan dibuat lagi, bukan karena tidak tahu, tapi karena malas mengerjakanya. Itu yang ketahuan, lalu bagaimana yang tidak ketahuan ? bagaimana dengan laporannya bahwa anak saya sudah makan banyak saat disuap, padahal mungkin makan sedikit ?. gawat !
Saya mengatakan ke CFO, bahwa material SDM asistenya ini memprihatinkan. Sang CFO tidak terima, karena menurutnya hal ini bisa diperbaiki, karena sudah 3 bulan kerja. Menurut saya TIDAK , karena material dasar ini adalah bahan utamanya, mau bikin apa saja, kalau bahanya jelek ya tetep ga enak. Memang benar dalam 3 bulan orang bisa saja ber pura-pura, tapi tidak lebih 3 bulan, pasti akan kembali ke asli nya. Saya mengandaikan kasus ini dengan proses pembuatan roti, salah satu bahan dasar nya adalah tepung, jika tepungnya sudah basi atau TENGIK, biarpun jadi roti yang bentuknya bagus, dilapis coklat dan keju, tapi jika di makan tetep saja TENGIK. Saya katakan bahwa kalau mau, buat dulu tepung itu jadi tidak tengik, mungkin dengan menjemur atau apalah, yang penting tidak tengik lagi. Tapi jika berorientasi produksi, apakah sesuai antara waktu dan pengorban dengan hasil yang didapat ? Maka dari itu, TEPUNG TENGIK memang tidak bisa digunakan, sebaiknya dibuang saja......
Dan demikian, akhirnya si tepung tengik, eh..si asisten memang harus dipulangkan, tapi sudah di detik akhir, sudah diatas bus AKAP, dia kembali melakukan kesalahan. CFO menelpon dari rumah "Pa... dia tadi pake HP ku, SMS ke kakaknya.......", walah, dasar TEPUNG TENGIK !!!
Lakone
Ini sepenggal kisah dalam rumah tangga. Karena rutinitas yang cukup padat, maka ada banyak hal-hal terlewat dalam aktivitas rumah tangga. Hanya kebijaksanaan kita saja sebagai kepala rumah tangga untuk menentukan prioritas dan kedalaman masalah yang terjadi, apakah perlu dimaklumi atau tidak.
Ini soal pembantu rumah tangga, seseorang yang selalu saya anggap sebagai anggota keluarga, bahkan dalam organization chart saya, pembantu saya masukan sebagai asistant CFO (chief financial officer), atau asisten istri. Saya sebagai CEO di rumah kadang lupa kalau menjabat COO juga, karena keterbatasan waktu. Saat ada kesempatan untuk melakukan kontrol mendalam terhadap beberapa point operational, baru nampak beberapa bagian yang bolong dan tidak sesuai prosedur. Singkat kata, sang asisten tidak memenuhi syarat dasar sebagai orang yang bisa dipercaya, alias TIDAK MEMILIKI INTEGRISTAS !
Integritas atau integrity lebih dari sekedar Jujur, ringkasnya adalah MENGATAKAN YANG DILAKUKAN dan MELAKUKAN YANG DIKATAKAN. Jujur adalah mengatakan yang dikatakan, tapi intergritas juga melakukan apa yang dikatakan. Si Asisten ini tidak hanya TIDAK JUJUR, tapi juga TIDAK PUNYA INTEGRITAS. Tidak jujur dengan apa yang sudah dilakukan, padahal ada banyak bukti penyimpangan, tapi malah mati-matian membela diri. Misalnya menggunakan HP yang sedang di charge untuk SMS ke teman-temanya. Padahal sudah dijelaskan bahwa dilarang menggunakan HP siapapun, karena itu tidak sopan, kebetulan dia memang tak punya HP. Saat dikonfrimasi jawabanya adalah "Saya ga pake kok ......", tapi beberapa kali ada jawaban SMS yang tidak jelas pengirimnya. Lebih dari itu, dia memang tidak punya integritas, contohnya adalah : "Bu, saya tidak akan mengulang kesalahan lagi...saya mau mencuci dan mengepel dengan baik...dan tidak pake HP lagi." tapi yang terjadi adalah kesalahan dibuat lagi dan dibuat lagi, bukan karena tidak tahu, tapi karena malas mengerjakanya. Itu yang ketahuan, lalu bagaimana yang tidak ketahuan ? bagaimana dengan laporannya bahwa anak saya sudah makan banyak saat disuap, padahal mungkin makan sedikit ?. gawat !
Saya mengatakan ke CFO, bahwa material SDM asistenya ini memprihatinkan. Sang CFO tidak terima, karena menurutnya hal ini bisa diperbaiki, karena sudah 3 bulan kerja. Menurut saya TIDAK , karena material dasar ini adalah bahan utamanya, mau bikin apa saja, kalau bahanya jelek ya tetep ga enak. Memang benar dalam 3 bulan orang bisa saja ber pura-pura, tapi tidak lebih 3 bulan, pasti akan kembali ke asli nya. Saya mengandaikan kasus ini dengan proses pembuatan roti, salah satu bahan dasar nya adalah tepung, jika tepungnya sudah basi atau TENGIK, biarpun jadi roti yang bentuknya bagus, dilapis coklat dan keju, tapi jika di makan tetep saja TENGIK. Saya katakan bahwa kalau mau, buat dulu tepung itu jadi tidak tengik, mungkin dengan menjemur atau apalah, yang penting tidak tengik lagi. Tapi jika berorientasi produksi, apakah sesuai antara waktu dan pengorban dengan hasil yang didapat ? Maka dari itu, TEPUNG TENGIK memang tidak bisa digunakan, sebaiknya dibuang saja......
Dan demikian, akhirnya si tepung tengik, eh..si asisten memang harus dipulangkan, tapi sudah di detik akhir, sudah diatas bus AKAP, dia kembali melakukan kesalahan. CFO menelpon dari rumah "Pa... dia tadi pake HP ku, SMS ke kakaknya.......", walah, dasar TEPUNG TENGIK !!!
Lakone
Comments