SEJARAH

21/8/2008

Saya memang suka sejarah, apa saja, sejarah negara, agama, teknologi, bahkan tokoh-tokoh, saya suka menyimak sejarah. Bahkan slogan "JAS MERAH" (Jangan sekali-kali melupakan sejarah) dari bung Karno adalah ide briliant yang akan saya dukung sampai kapanpun. Karena suka menyimak sejarah, maka saya selalu bermimpi untuk tercatat dalam sejarah, bagaiamana caranya ?

Pertama-tama saya harus mendefinisikan dahulu arti sejarah, yang kalau diperas peras artinya adalah dokumentasi dari peristiwa masa lalu. Dengan demikian jika tidak ada dokumentasi maka tidak disebut sejarah. Peristiwa sebelum ditemukanya tulisan/goresan/tanda dimasa lalu disebut pra sejarah, karena memang tidak ada dokumentasinya, tetapi hanya sisa peninggalan-peninggalan masa lalu yang dianalisis (kerangka atau fosil).

Banyak orang yang tidak suka dengan dokumentasi, sehingga kisah hidupnya mengalir begitu saja, apalagi jika tidak ada hal yang menonjol dalam hidupnya, maka tidak ada orang lain pula yang mau mendokumentasikan hidupnya. Akhirnya kisah hidupnya hanya menjadi cerita anak turunnya, yang mungkin hanya bertahan sampai ke level cucu, selebihnya pasti dilupakan. Mungkin kita bisa bertanya pada diri kita, ada tidak yang tahu kisah hidup kakek buyut kita ? jika kebetulan kakek buyut adalah tokoh tertentu mungkin masih ada sedikit sisa cerita mengenai beliau, jika tidak, saya jamin pasti tidak ada yang tahu, sayang bukan ?

Tidak semua orang menonjol, barangkali ada yang hidupnya biasa - biasa saja. Namun sejarah sebenarnya tidak mengenal status, baik-buruk, jelek-bagus, terkenal-biasa, atau besar-kecil, semua itu tidak masalah, asal terdokumentasi pasti akan menjadi sejarah. Banyak pula sejarah yang hanya menggambarkan situasi masa lalu dari orang-orang biasa dengan peninggalan tulisan pada nisan jaman VOC. Dari tulisan yang disusun diatas batu atau pun logam tersebut, para ahli bisa menyimpulkan status sosial maupun ekonomi orang yang sudah meninggal ini.

Mendokumentasikan peristiwa hidup ini bisa menggunakan tulisan, gambar, foto, patung, dan lukisan. Semakin rapuh media yang digunakan, semakin mudah lenyap dokumentasi kita. Kertas mudah terbakar dan rusak, batu tentu lebih awet. Besi bisa karatan, tapi emas lebih abadi. Kertas film mudah rusak, compact disc (CD) mungkin lebih awet. Nah, pemilihan media juga penting untuk dokumetasi. Jika memilih media yang mudah rapuh, pastikan ada hal menonjol dari hidup kita yang membuat orang akan mendokumentasikan ulang (reproduksi) atau menyimpanya di tempat khusus (museum ?). Contoh foto Soekarno, meski aslinya mungkin sudah rusak berat, tapi sampai saat ini bentuk foto yang masih bagus terus diproduksi. Contoh lain, teks proklamasi, kertas aslinya disimpan dengan rapi dan aman di MONAS.

Bagaimana kalau hidup biasa-biasa saja dan berharap suatu hari hidup berubah luar biasa, jadi tidak perlu membuat dokumentasi sendiri, tapi biar dibuat orang lain ? bersyukur jika memang terjadi demikian, maka akan ada yang membuatkan kita dokumentasi (misalnya G. Dwipayana menulis biografi untuk Soeharto). Jika yang terjadi sebaliknya maka tambah sia-sia lah kisah hidup kita, sudah tidak menonjol, tidak ada dokumentasinya pula. Lebih parah lagi, dalam bekerja juga tidak suka membuat dokumentasi atas proses kerja, baik catatan tugas, tugas yang masih terpending, project yang sedang berjalan, atau hasilnya. Maka hasil kerja kita tidak pernah bisa ditelusuri jika ada masalah, tentu ini problem besar untuk pribadi yang tidak suka dokumentasi dalam pekerjaan (dokumentasi adalah salah satu syarat dari profesionalisme).

Menulis "Kopi Pagi" adalah dokumentasi, paling tidak esai amatiran ini bisa menjadi media sambung rasa dengan teman-teman dekat. Tidak ada yang luar biasa di "Kopi Pagi", bahkan terkadang basi. Tapi itu tidak penting, yang terutama adalah ada catatan, bahwa seseorang pernah bekerja di Suzuya Group dan membuat esai mengenai banyak hal untuk pengembangan diri maupun perusahaan. "Kopi Pagi" ini juga sudah bisa di dinikmati di dunia maya (internet) dengan meng Klik
www.lakoneokta.blogspot.com . Pemilihan media internet selain CD /flash disc/ Hard disc sebagai tempat menyimpan dokumen adalah karena alasan biaya yang murah (tidak semahal emas), mudah (tidak perlu dipahat), awet (tidak lapuk dimakan cuaca). Jadi, meskipun biasa saja, meskipun tidak direproduksi orang lain, meskipun tidak disimpan di musium, kisah "Kopi Pagi" akan abadi sebagai sejarah di masa depan, semoga.


Secangkir kopi kusruput sendiri ....... mak nyozzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz..................................

Comments

Rahmat Sanusi said…
Bener tuh mas lakoeoka, sejarah jangan dilupakan. Bung karno pernah bilang bangsa yang besar adalah bangsa yang tdk melupakan sejarah dan menghargai para pendiri bangsa.
LAKONEOKTA said…
Iya mas, maaf baru respon, saya baru ingat pernah punya blog. Terimakasih sudah membaca